Sayonara Buatku
Aku paling benci kalau harus
mengalami sebuah perpisahan. Entah apapun itu. Pasti akan membuat sedih,
membuat perasaan tak nyaman dan kerinduan mendalam. Mengapa harus ada
perpisahan di dunia ini?
Aku tidak tahu harus memasang wajah
bagaimana selain wajah yang terkejut dan shock. Itu sama saja. Salah seorang
temanku mengatakan padaku bahwa dia akan cuti dari kelas menjahit. Meski kami
belum lama berteman namun kami bertiga cocok sekali. Meski mungkin yang
menganggap demikian hanya aku.
“Lho kenapa?” tanyaku setelah
terkejut
“Aku mau ujian di pondok mbak.” Ujar Norma
“Oh..sampai kapan?” tanyaku lagi
“Sampai puasa mungkin.” Jawabnya
“Lama sekali!” seruku
Rasanya ketika aku mendengar itu,
perasaanku menjadi tidak enak. Apalagi aku dan temanku yang satunya sedang ada
kerenggangan sedikit. Meski aku tidak tahu apa sebabnya aku menjadi diam-diaman
dengannya. Mungkin dia sedang ada masalah. Aku dan Norma kurang tahu juga.
Dalam pikiranku juga sedang tidak
terlalu bersemangat menjahit. Habisnya aku sudah hampir satu tahun di modes
ini. Harusnya aku sudah mahir namun aku merasa ilmuku sangat kurang. Dan aku
ingin terus menambah sampai bisa bikin jas buat abahku. Namun perasaan tidak
ini tidak enak rasanya di hati.Teman-temanku
mulai menyerah juga di sini.
Besoknya aku dibuat terkejut kembali
oleh temanku yang satunya, namanya Addah. Aku senang kami berdua sudah bisa
ngobrol dengan biasa lagi. Aku yakin kami berdua baik-baik saja. Kami berdua
terlibat percakapan yang asik soal aplikasi hape. Dia pengguna setia whats app.
Aku senang dengan karakternya yang blak-blakan dan apa adanya. Dia selalu
menjadi dirinya sendiri. Aku senang kalau bercanda banyak hal dengannya. Kemudian
kalau Norma dia itu sangat kalem da penuh pengertian. Anak-anak suka request
lagu padaku untuk didownloadkan. Jika aku senggang aku pasti akan
mencarikannya.
Semua hal dulu terbayang dibenakku
ketika Addah juga mengatakan hal yang sama padaku. Bahwa dia akn cuti juga
meski tidak selama cutinya Norma namun aku merasa sangat sedih. Disaat yang
bersamaan mereka berdua mengatakan hal yang sama. Mereka berdua akan mengambil
cuti. Dan yang kupikirkan adalah tidak akan ada trio gosip lagi. Aku ingat
ketika kami bertiga di satu bangku. Sudah pasti kami akan menggosip. Banyak hal
yang membuat jam di tempat kursus berjalan dengan cepat. Kalau aku capek,
penat, ngantuk setelah pulang kuliah, dengan bertemu mereka rasa itu hilang
semua. Karena aku senang di sini semua berjalan dan berbuat apa adanya. Tidak seperti
di bangku kuliah yang mayoritas anaknya geng-gengan.
Kutoleh Addah setelah kami pamitan
pulang sama Ibuk. Aku jadi berpikir mungkin inilah penyebab dia diam beberapa
hari yang lalu.
“Kok tiba-tiba cuti juga?” tanyaku. Sedih
rasanya aku bertanya hal ini lagi.
“Aku disuruh ke Surabaya sama bosku. Ada
apa gtu lupa aku namanya.” Jawabnya
“Lho aku sendiri nuw....Norma juga
mau cuti bahkan sampai puasa nanti.” Ujarku
“Lho Norma iya juga ta?” Addah
terkejut. Dia juga baru tahu kalau Norma mau cuti.
“Iya. Gak enak g ada kalian...aku gimana?”
“Yuk ikut cuti sekalian aja. Sebenarnya
aku juga gak enak harus cuti seperti ini. Tapi aku gak enak gak pegang uang
lama begini.”
“Aku juga sudah lama gak pegang uang
banyak. Ha ah.” Aku mengehela nafas
“Aku ingin suatu saat nanti bikin
distro. Kan aku bisa desain sendiri. Makanya aku butuh uang yang banyak. Dan aku
harus ke Surabaya 1 bulan. Aku ingin punya usaha.”
Melihatnya menceritakan mimpinya membuatku
tidak bisa bicara banyak. Aku yakin teman-temanku pasti punya mimpi yang ingin
di kejar. Aku tidak boleh egois mengatakan bahwa aku sedih ditinggal sendiri di
sini.
“Ya itu bagus! Lanjutkan! Semoga sukses!”
aku menyemangatinya dengan senyum lebar.
“Amin. Makasih ya.”
Aku tahu itu. Kamu pasti memikirkan
masa depanmu juga. Bahkan sebentar lagi kamu juga akan menikah ya. Aku juga
sadar kita semua sudah melewati gerbang remaja. Entah mengapa hanya aku yang
belum dewasa. Aku tidak berpikir apa-apa tentang masa depanku selain aku
mendirikan butik sendiri dan menjadi penulis yang bagus.
Kamu dan Norma aku salut pada kalian
berdua. Aku akan berdoa untuk kesuksesan kalian berdua. Dan aku akan baik-baik
saja di sini. Tapi apakah sebaiknya aku mengambil cuti juga? Aku juga ingin
istirahat sebentar. Tapi haruskah bayangan kami betiga harus lenyap bersamaan
di akhir Maret ini? Bukankah Maret ini Addah akan berulang tahun? Aku ingin
mengucapkannya padamu nanti.
Kesedihan bukan berarti aku akan
merasa putus asa dan mengambil jalan pintas. Aku pasti akan belajar lebih keras
dan aku akan menunggu kalian kembali nanti. Meski aku tidak tahu apakah kalian
akan kembali atau tidak. Namun aku harap lebaran tahun ini aku bisa ke rumah
kalian berdua dan kerumah Ibuk juga dan yang lain juga. Aku ingin melakukannya.
Jadi aku harap kalian tidak akan
melupakanku ya.....
Shinju san(28 Maret 2013)